PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk

BSIP BERKARYA: BIMTEK SERI# “OPTIMALISASI LAHAN MARGINAL MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN” - Capai 1 K Peserta




BSIP BERKARYA: BIMTEK SERI#1 “OPTIMALISASI LAHAN MARGINAL MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN”

Mengawali tahun 2024 sebagai salah satu bentuk penyebarluasan informasi dan standardisasi ke publik, BPSI Tanah dan Pupuk telah menyelenggarakan bimtek online pada Rabu 24 Januari 2024.  Bimtek perdana tahun ini mengusung topik “Optimalisasi Lahan Marginal Mendukung Ketahanan Pangan” dengan Narasumber Dr. Ir. Ladiyani Retno Widowati, M.Sc dan Moderator Dr. Adha F. Siregar, M.Si., M.Sc. Acara resmi dibuka oleh Dr. Ladiyani selaku Kepala BPSI Tanah dan Pupuk. Pada kesempatan ini Ladiyani menyampaikan bahwa pentingnya bimtek ini sebagai media penyebarluasan terkait standardisasi tanah dan pupuk. Bimtek online ini diikuti oleh kurang lebih 1000 peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, akademisi, penyuluh pertanian, peneliti, petani, dan stakeholder lainya.

Pada pemaparannya, Ladiyani menyampaikan secara komprehensif terkait identifikasi ketersediaan unsur hara dengan tanaman indikator misalnya alang-alang yang dapat tumbuh pada tanah minimalis unsur hara. Indonesia memiliki 10 ordo tanah dari 12 ordo tanah yang ada di dunia, termasuk didalamnya lahan marginal atau lahan sub optimal (LSO). Sebaran lahan marginal atau Lahan Sub Optimal/LSO sebesar 153,04 juta ha. LSO terbagi menjadi l, l, l, l dan l dengan ciri khas masing-masing. Indikator LSO yakni sifat kimia tanah misalnya nilai kapasitas tukar kation, basa-basa dapat tukar, kejenuhan basa, cadangan hara, dan status hara P serta K rendah, tetapi memiliki kejenuhan aluminium (Al) tinggi.  

Perlunya optimalisasi LSO dengan input seperti pembaik tanah dan bahan organik. Adapun karakteristik tanah yang mencangkup: (a) sifat fisik seperti remah, gembur, mudah diolah dan sebagainya; (b) sifat kimia seperti kadar hara esensial, C-organik dan sebagainya; dan (c) sifat biologi misalnya dominan mikroba fungsional, mesofauna dan sebaginya. Ketiga sifat ini penting dan saling melengkapi satu sama lain. Selain sifat tanah, produktivitas lahan dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik yang berperan penting dan saling berkaitan satu sama lain. Paramater kesehatan tanah yang paling mudah diamati/diukur yakni warna tanah, aktivitas dan respirasi fauna mikroba tanah. Untuk pengukuran respirasi secara sederhana dengan cara tanah dimasukkan ke gelas dan ada tidaknya uap air yang terbentuk di gelas.

Cara memperbaiki lahan marginal diantaranya dengan pemberian kapur untuk memperbaiki pH tanah dan sumber Ca serta Mg. Jika tanah ekstrim unsur hara rendah maka dengan pengkayaan tanah dengan media tanam berupa campuran tanah, bahan organik dan dolomit dengan cara dilarik di jalur tanam.  Selain pengkayaan tanah juga perlu dilakukan budidaya bahan pembaik tanah dengan menanam tanaman cover crop misalnya Crotalaria, Mucuna, dan Arachis Pintoi sebagai tanaman pionir selanjutnya dicampur dan diolah langsung dengan tanah agar unsur hara meningkat.

Lahan sawah yang marginal biasanya terdapat pada sawah bukaan baru, sebarannya di Indonesia sekitar  1,4 juta Ha dimana memiliki faktor pembatas diantaranya adanya lapisan olah dangkal, efisiensi pupuk rendah, kahat dan sebagainya sehingga perlunya teknologi untuk pengelolaanya secara bijak dan tepat. Selanjutnya, lahan kering masam permasalahan utamanya adalah pH masam sehingga perlunya teknologi dengan ameliorasi dan pemupukan berimbang. Dengan demikian tanah mempunyai karakteristik masing-masing yang pembentukannya dipengaruhi oleh bahan induk, air, temperatur, manusia/hewan, dan waktu. Sehingga pentingnya menggenali karakteristik tanah tersebut, dan dibudidayakan dengan menerapkan inovasi pertanian yang sesuai keperluan. Tanah dengan kategori sub optimal atau marginal salah satunya dengan memperbaiki tanah untuk memberikan suasana yang kondusif bagi perakaran tanaman, selanjutnya ditambahkan unsur hara tanah sesuai jenis tanaman.

Antusias peserta bimtek sangat tinggi,  hal ini terlihat dari banyak diskusi antara peserta dan narasumber misalnya tentang cara pengecekan kehidupan di tanah?, penjelasan terkait rasio C/N, formulasi pupuk hayati yang sesuai dengan lahan marginal, budidaya tanaman kakao di lahan marginal agar pertumbuhannya maksimal, penggunaan biochar, senyawa humat/humus dan sebagianya. Dengan adanya bimtek ini semoga menambah wawasan dan pengetahuan kepada stakeholder tentang optimalisasi lahan marginal yang ada di Indonesia sehingga dapat memanfaatkan dan mengelola lahan marginal secara tepat dan bijak guna mewujudkan Pertanian Cemerlang Indonesia Gemilang. (ELW, LRW, AFS, LA, M.Is, Mtm).