PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk

PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM




PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM

Halo SobaTani, kali ini mimin mau mengajak sobat soiler mengenal cara mengukur jumlah air yang tertahan dalam tanah di laboratorium. Ayo simak penjelasan mimin ya.

Kurva pF adalah kurva yang menggambarkan kemampuan tanah memegang air. Dari kurva ini dapat diketahui apakah tanah tersebut lebih cepat meloloskan air atau dapat menahan air dalam waktu yang lebih lama.

Nah Sobatani, telah diketahui secara luas bahwa semakin curam kurva pF, semakin cepat tanah tersebut meloloskan air, dan semakin landai kurva pF semakin bagus tanah tersebut menahan air. Kurva pF ini dapat dibuat dengan cara memplot data kadar air tanah pada saat kapasitas lapangan dan titik layu permanen (sumbu X) terhadap masing-masing tegangan matriknya yang dicerminkan oleh nilai minus logaritma dari hisapan matrik (pF) pada kondisi kapasitas lapangan (pF 2, 54) dan titik layu permanen (pF 4,2) (sumbu Y).

Tanah yang ingin diketahui nilai pF nya diambil sampelnya menggunakan ring sampel. Sampel untuk analisa ini adalah sampel tanah utuh/tidak terganggu, yang struktur tanahnya dipertanahkan sealami mungkin, karena struktur alami dari contoh tanah mempengaruhi retensi air, terutama pada tekanan yang rendah.

Prinsip pengukuran ini adalah tekanan yang diberikan berhubungan dengan distribusi ukuran pori dan kapiler yang terdapat dalam tanah. Persentase volume tanah yang tidak ditempati oleh bagian padat tanah disebut porositas tanah. Jumlah seluruh ruang pori yang ada di dalam massa tanah disebut dengan ruang pori total. Pada tanah kering mutlak, seluruh ruang pori terisi oleh udara, sebaliknya pada tanah jenuh air seluruh ruang pori terisi oleh air, sedangkan pada tanah lembap, sebagian pori terisi udara dan sebagian lagi terisi oleh air dalam perbandingan tertentu.

Sehubungan dengan perbedaan tekanan yang diberikan, maka diperlukan juga spesifikasi dan kapasitas peralatan yang digunakan. Menurut Klute (1986) terdapat tiga sistem, masing-masing sesuai untuk cakupan pengukuran yang diinginkan, yaitu (1) sistem bertekanan rendah (low-range system), dimana sistem ini utamanya disesuaikan untuk pengukuran pada tinggi tekanan matriks potensial tanah antara 0 dan 200 cm kolom air; (2) sistem bertekanan sedang (med-range system) dengan cakupan pengukuran dengan besaran tekanan matriks potensial tanah antara 200 dan 1.000 cm tinggi kolom air; dan (3) sistem bertekanan tinggi (high-range system) yang mencakup untuk pengukuran 1.000-15.000 cm tinggi kolom air atau 1 - 15 atm. Besarnya tekanan biasanya dinyatakan dalam satuan atmosfer (atm) dan dapat juga dipadankan dengan tinggi kolom air (cm) serta nilai pF. Nilai pF adalah logaritma (log 10) dari tegangan air tanah yang dinyatakan dalam cm kolom air.

SobaTani dapat menganalisis retensi air tanah di Laboratorium Fisika Tanah BPSI Tanah dan Pupuk, adapun alat yang digunakan untuk menentukan retensi air tanah adalah pressure plate apparatus. Penetapan retensi air tanah di laboratorium dilakukan mengikuti cara-cara yang telah dirintis oleh Richards dan Fireman (1943), dan Richards (1947). Tekanan yang diberikan biasanya terdiri atas 0,01 atm (pF 1,0); 0,1 atm (pF 2,0); 0,33 atm (pF 2,54); dan 15 atm (pF 4,2).

Demikian informasi yang dapat mimin berikan, semoga informasi ini dapat menambah wawasan sobat soilers. Sobat soilers, kuys kita turut berperan dalam mewujudkan Pertanian Cemerlang, Indonesia Gemilang! (JAS, AFS, Mtm, M.Is)